Soeprijadi | |
---|---|
Menteri Keamanan Rakyat Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 19 Agustus 1945 – 20 Oktober 1945 Tidak pernah muncul, tidak diketahui keberadaannya | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Tidak ada jabatan baru Pengganti Muhammad Suliyoadikusumo | |
Panglima Tentara Nasional Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 5 Oktober 1945 – 12 November 1945 | |
Pendahulu Tidak ada jabatan baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 13 April 1923 Trenggalek, Hindia Belanda |
Orang tua |
|
Menghilang | 14 Februari 1945 (pada umur 21 tahun) Blitar, Pendudukan Jepang |
Status | Dinyatakan meninggal 9 Agustus 1975 (umur 52) |
Sunting kotak info • L • B |
Soeprijadi (13 April 1923 – 14 Februari 1945) adalah seorang tokoh militer Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Pada bulan Februari 1945, selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, ia menjadi penggerak dan pemimpin pemberontakan milisi PETA (pemberontakan bersenjata terbesar Indonesia melawan Jepang) di kota Blitar, Jawa Timur. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia yang pertama dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang pertama, tetapi gagal dilantik karena ia hilang waktu pemberontakan yang dikepalainya dipadamkan oleh pasukan Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat yang pertama pada 19 Agustus 1945. Karena ia tak pernah muncul, pada 20 Oktober 1945 ia dicopot dari jabatan itu. Ia adalah satu-satunya orang yang dipilih menjadi menteri saat masih berusia kepala dua.
Nasib Soeprijadi selanjutnya tetap menjadi subyek dari berbagai dugaan dan hipotesis dan dianggap sebagai salah satu misteri paling signifikan dalam sejarah Indonesia modern. Menurut pendapat yang paling umum, dia meninggal di tangan Jepang: baik terbunuh saat melawan di lereng gunung Kelud di utara Blitar atau mati akibat penyiksaan saat berada di penangkaran. Pada saat yang sama, ada sejumlah catatan saksi mata yang diduga bertemu dengannya setelah penindasan pemberontakan Blitar dicatat.
Berulang kali, orang-orang muncul menyaru sebagai Soeprijadi yang masih hidup. Kasus paling bergema semacam ini terjadi pada tahun 2008. Terlepas dari kenyataan bahwa orang yang mengklaim identitas Soeprijadi tak diakui oleh kerabat dan rekan pahlawan nasional, ada sejumlah sejarawan Indonesia serta perwakilan media dan publik Indonesia, yang cenderung mengakui keabsahan klaimnya.